Khutbah Jumat Singkat Tentang Musibah Yang Menimpa Agama
Khutbah Jumat Singkat Tentang Musibah Yang Menimpa Agama ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada Jum’at, 6 Rabiul Awal 1442 H / 23 Oktober 2020 M.
Khutbah Pertama – Khutbah Jumat Singkat Tentang Musibah Yang Menimpa Agama
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
قال الله تعالى فى كتابه الكريم، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
وقال تعالى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ، فإِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ
Ummatal Islam,
Di antara doa yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, Nabi berdoa:
وَلا تَجْعلْ مُِصيَبتَنا فِي دينَنا، وَلا تَجْعلِ الدُّنْيَا أكبَرَ همِّنا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمٍنَا
“Ya Allah, jangan Engkau jadikan musibah itu menimpa agama kami dan jangan Engkau jadikan dunia keinginan kami yang terbesar dan jangan Engkau jadikan dunia sebagai puncak daripada pengetahuan kami.”
Permintaan yang agung. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam minta agar tidak dijadikan musibah itu menimpa agama. Karena demi Allah, saudaraku. Musibah yang paling besar adalah yang menimpa seorang hamba. Ketika seseorang dijadikan menyukai maksiat, ketika seseorang dijadikan berat kepada taat, ketika seseorang sangat sulit untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Demi Allah, musibah yang menimpa agama seseorang itu lebih berat dibandingkan dengan musibah dunia. Lebih berat daripada covid-19, lebih berat daripada berbagai macam penyakit-penyakit berat. Karena musibah dunia menggugurkan dosa, musibah-musibah dunia mengangkat derajat seorang mukmin, musibah-musibah dunia itu seringkali menjadi kebaikan bagi seorang hamba.
Berapa banyak dengan musibah yang Allah berikan kepada kita, Allah Subhanahu wa Ta’ala hindarkan kita dari berbagai maksiat. Seorang hamba yang dijadikan fakir miskin, ia tidak bisa membeli alat-alat maksiat, dia tidak bisa membeli alat-alat untuk bersenang-senang. Sehingga akhirnya ia dihindarkan dari berbagai macam maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Orang yang diberikan sakit, dengan sakitnya itu Allah gugurkan dosa-dosanya, Allah angkat derajatnya, dan Allah palingkan ia dari berbagai macam kemaksiatan.
Tapi ketika musibah itu menimpa agama seorang hamba, dijadikan hatinya penuh dengan penyakit, hatinya terdapat padanya kesombongan, hatinya terdapat padanya ujub, merasa bangga dengan amalan, hatinya dipenuhi dengan cinta dunia dan tidak peduli lagi dengan halal dan haram, maka saat itu adakah musibah yang lebih besar daripada musibah yang menimpa orang seperti itu?
Memang seorang manusia terkadang melihat secara kasat mata bahwasanya nikmat Allah itu seakan-akan itu adalah tanda rahmat yang Allah berikan kepada seorang hamba, padahal tidak demikian. Allah menyayangi hamba bukan dengan cara memberikan dunia kepada dia. Allah memberikan nikmat yang hakiki dan rahmat yang terbesar adalah hidayah yang Allah berikan kepada dia. Dijauhkan ia dari maksiat kepada Allah, dijadikan ia faqih dalam agama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka itulah hakikat kenikmatan yang besar yang Allah berikan kepada seorang hamba.
Adapun kemudian seorang hamba malas-malasan menuntut ilmu syariat, malas-malasan membaca Al-Qur’an, untuk shalat pergi ke masjid saja kaki terasa berat, maka ini sesuatu yang mengerikan. Tentunya seorang mukmin sangat khawatir hal itu terjadi pada dirinya. Karena itulah musibah yang menimpa agama dia.
Musibah yang menimpa agama berakibat buruk dan fatal di kuburan. Di kuburan dia akan tersiksa, dia akan diadzab oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Terlebih nanti di akhirat nanti, ia dibakar dalam api neraka yang menyala-nyala.
Musibah yang menimpa agama mengakibatkan hati seorang hamba menjadi hitam dan kelam. Hatinya jauh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Musibah yang menimpa agama menyebabkan seseorang selalu mengikuti hawa nafsunya. Pada waktu itu ia tidak peduli lagi dengan keridhaan Rabbnya. Yang penting adalah hatinya puas, hawa nafsunya terpenuhi. Tidak peduli apakah Allah ridha kepadanya atau tidak.
Sungguh betapa besar dan betapa beratnya musibah yang menimpa agama seorang hamba. Makanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdoa kepada Allah.
وَلا تَجْعلْ مُِصيَبتَنا فِي دينَنا
“Ya Allah jangan Engkau jadikan musibah itu menimpa agama kami.”
وَلا تَجْعلِ الدُّنْيَا أكبَرَ همِّنا
“Dan jangan Engkau jadikan dunia itu sebagai keinginan kami yang terbesar.”
Ini pun doa yang sangat agung, sadaraku. Rasulullah meminta jangan sampai keinginan terbesar di hatinya adalah dunia. Berapa banyak orang-orang di hatinya dijadikan oleh Allah dunia itu sesuatu yang besar, sehingga akhirnya mempengaruhi keikhlasan ia dalam ibadah. Ketika diberikan iming-iming pahala, tak semangat. Tapi ketika ia tahu bahwasanya kalau ia melakukan perbuatan ibadah ini, maka akan mendapatkan keuntungan duniawi, ia segera semangat kepadanya. Sehingga akhirnya keikhlasannya pun sangat sulit untuk dia jaga. Karena yang ia harapkana adalah kehidupan dunia saja, sementara Allah Jalla wa ‘Ala berfirman:
مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ ﴿١٥﴾ أُولَـٰئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ ﴿١٦﴾
“Barangsiapa yang menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya, Kami akan berikan apa yang ia inginkan dari amalannya tersebut tanpa dikurangi. Tapi nanti -kata Allah- dalam kehidupan akhirat ia tidak mendapatkan apapun kecuali api neraka. Batal amalnya dan sia-sia usahanya.” (QS. Hud[11]: 16)
Akibat di hatinya keinginan terbesarnya adalah dunia, sehingga yang ia harapkan adalah pujian manusia, yang ia harapkan adalah harta, yang ia harapkan adalah tahta. Sehingga pada waktu itu tidak peduli lagi apakah halal apa haram, yang penting dia bisa meraih dunia. Ini yang Rasulullah kabarkan bahwa ini lebih merusak daripada serigala. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلَا فِي غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِينِهِ
“Tidaklah dua ekor serigala lapar yang dilepaskan pada sekelompok kambing lebih merusak agama daripada seseorang yang sangat tamak terhadap harta dan kedudukan.” (HR. Tirmidzi)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam minta kepada Allah jangna sampai dijadikan keinginan terbesar di hatinya adalah dunia. Akan tetapi keinginan terbesar itu adalah akhirat, keinginan yang sangat mulia itu adalah mendapatkan surga Allah Jalla wa ‘Ala.
أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم
Khutbah kedua – Khutbah Jumat Singkat Tentang Musibah Yang Menimpa Agama
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، نبينا محمد و آله وصحبه ومن والاه، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ محمّداً عبده ورسولهُ
Ummatal Islam,
Orang yang keinginan terbesarnya dunia, maka Allah akan berikan tiga perkara. Kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam riwayat Tirmidzi:
مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ
“Siapa yang keinginan terbesarnya dunia”
فَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهُ
“Allah akan cerai-beraikan kekuatanya.”
وَجَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ
“Dan Allah akan jadikan kefakiran di pelupuk matanya.”
وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا قُدِّرَ لَهُ
“Dan dunia pun tidak mendatanginya kecuali sesuai yang ditakdirkan saja.” (HR. Tirmidzi)
Sebaliknya:
مَنْ كَانَتِ الآخِرَةُ هَمَّهُ
“Siapa yang keinginan terbesar di hatinya adalah kehidupan akhirat.”
جَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ
“Allah akan kumpulkan kekuatan hatinya.”
جَعَلَ اللَّهُ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ
“Dan Allah akan jadikan kekayaan itu di hatinya.”
وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ
“Dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina di matanya.”
Subhanallah..
Lalu Rasulullah berdoa lagi:
وَلا تَجْعلِ الدُّنْيَا أكبَرَ همِّنا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمٍنَا
“Jangan Engkau jadikakan Ya Allah, dunia sebagai puncak pengetahuan kami.”
Sungguh tercela orang yang lebih tahu dunia daripada akhirat. Sungguh tercela seseorang yang ilmunya hanya sebatas dunia tapi ia tidak paham tentang ilmu agama. Makanya Allah mencela mereka, Allah berfirman:
يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِّنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ ﴿٧﴾
“Mereka hanya berilmu tentang kehidupan dunia, sementara mereka lalai dari kehidupan akhirat.” (QS. Ar-Rum[30]: 7)
Imam Ibnu Hibban meriwayatkan tentang siapa saja orang-orang yang dibenci oleh Allah. Disebutkan dalam sebuah hadits bahwa di antara orang yang dibenci oleh Allah:
عَالِمٌ بِأَمْرِ الدُّنْيَا، جَاهِلٌ بِأَمْرِ الْآخِرَةِ
“Dia berilmu tentang dunia, tapi bodoh tentang kehidupan akhirat.” (HR. Ibnu Hibban)
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، فَيَا قَاضِيَ الحَاجَات
اللهم تقبل أعمالنا يا رب العالمين، اللهم وتب علينا إنك أنت التواب الرحيم، اللهم اصلح ولاة أمورنا يا رب العالمين، واجعلنا من التوابين واجعلنا من المتطهرين
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عباد الله:
إِنَّ اللَّـهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
فَاذْكُرُوا الله العَظِيْمَ يَذْكُرْكُم، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُم، ولذِكرُ الله أكبَر.
Download mp3 Khutbah Jumat Singkat Tentang Musibah Yang Menimpa Agama
Lihat juga: Khutbah Jumat Singkat Tentang Menjaga Amal
Jangan lupa untuk ikut membagikan link download “Khutbah Jumat Singkat Tentang Musibah Yang Menimpa Agama” ini kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau yang lainnya. Semoga menjadi pembukan pintu kebaikan bagi kita semua.
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49281-khutbah-jumat-singkat-tentang-musibah-yang-menimpa-agama/